BHINNEKA TUNGGAL IKA SEORANG SANTRI


IKMPB OPINI : Berbicara soal santri, tidak akan lepas dari pesantren. Pesantren dengan segala rutinitasnya selalu mendampingi santri selama proses pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan santri di pesantren selalu diwarnai dengan kebersamaan. Hal ini terlihat dari kegiatan belajar, makan, dan lain sebagainya. 
Belajar di pesantren, tentunya mewajibkan santri untuk menetap di dalamnya selama proses pembelajaran. Hal ini tentu menimbulkan perasaan rindu antara keluarga, terutama orang tua dengan santri yang sedang menimba ilmu di pesantren. Tak heran jika selama proses pembelajaran tersebut, santri sering dikunjungi oleh keluarganya. 
Setiap ada kunjungan keluarga, para santri biasanya menerima oleh – oleh dari keluarganya. Nasi beserta lauk pauknya merupakan oleh – oleh wajib yang biasa di bawa oleh keluarga santri ketika mengunjungi putra – putri mereka. Dan telah menjadi kebiasaan di pesantren, setiap ada santri yang dikunjungi oleh keluarganya pasti akan berbagi makanan dengan teman santri yang lain. 
Hal unik yang sering kita jumpai ketika mereka dikunjungi oleh keluarga mereka yaitu ketika mereka berbagi makanan dengan teman – teman mereka. Biasanya nasi yang dibawa oleh keluarga mereka diletakkan di atas kertas minyak kemudian ditambah dengan lauk pauknya. Setelah hidangan siap, mereka memanggil teman – teman mereka untuk makan bersama. 
Pada saat makan bersama inilah, terlihat bahwa para santri telah menerapkan semboyan negara kita yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” dimana mereka tidak memandang suku, bahasa, strata sosial, tingkat kecerdasan dan lain sebagainya. Ketika mengajak makan, yang ada di benak mereka adalah teman – teman mereka adalah sama dengan mereka, yaitu santri. Jadi tidak ada rasa segan apalagi malu ketika harus makan bersama diatas kertas yang sama dan harus berbagi nasi maupun lauk dengan teman yang tingkat ekonominya rendah maupun teman yang memiliki kecerdasan dibawah mereka. 
Selain kebiasaan makan bersama, para santri biasanya memiliki barang yang sama dengan teman mereka. Hal ini karena mereka membeli barang tersebut di koperasi pesantren. Seperti baju, sarung, peci, accessories dan lain sebagainya. Dengan memiliki barang – barang tersebut yang cenderung berseragam, para santri tidak lagi memikirkan siapa saya dan siapa dia? Ketika mereka memiliki barang yang sama, otomatis mereka beranggapan bahwa mereka adalah sama, mereka adalah satu, yaitu santri. Jadi tidak ada yang membedakan mereka. 
Kebersamaaan tanpa memandang latar belakang santri juga terlihat ketika mereka berangkat sekolah. Umumnya sekolah formal di pesantren letaknya tidak jauh dari kompleks penginapan santri. Sehingga untuk menuju sekolah, mereka cukup berjalan kaki. Hal ini tentunya tidak memandang santri yang berasal dari keluarga kaya ataupun miskin, semua berjalan kaki menuju sekolah. 
Di pesantren tertentu, biasanya masalah makan santri di urus oleh pihak pesantren. Jadi setiap hari, pihak pesantren menyedikan makanan untuk santrinya. Setiap pagi, para santri mengambil jatah makan mereka di tempat yang telah disediakan. Ketika mengambil makanan tersebut, para santri menunggu giliran mereka menerima jatah makan. Dalam rutinitas ini, semua santri menunggu di tempat yang sama dan menerima jatah makanan yang sama. Tidak perduli mereka kaya atau miskin, semua menerima menu makanan yang sama. Mereka juga sama – sama bersabar mengantri. Tidak ada yang diperlakukan istimewa. Misalnya, makanannya diantarkan ke kamar atau menerima jatah makan tanpa melalui antrian panjang. 
Selain kegiatan diatas, di pesantren juga ada rutunitas yang wajib dilakukan oleh semua santri tanpa memandang latar belakang mereka. Yaitu kerja bakti atau membersihkan pesantren. Disini semua santri memiliki tugas yang sama, membersihkan pesantren. Pihak pesantren tidak perduli apakah para santri dirumahnya terbiasa melakukan kegiatan bersih – bersih atau tidak. 
Seperti halnya lembaga lain, lembaga pesantren juga menerapkan reward dan punishmen. Bagi para santri yang melanggar peraturan, pasti mendapatkan hukuman. Tidak perduli dia cantik atau jelek, kaya atau miskin, dari suku jawa atau lainnya semua mendapatkan hukuman yang sama. Begitu juga dengan pemberian reward. Bagi siapapun santri yang berprestasi pasti mendapatkan reward. 
Begitulah dunia santri, disadari atau tidak mereka telah melestarikan budaya bangsa Indonesia yaitu kebersamaan. Kebersamaan mereka terdiri dari berbagai perbedaan. Dari sekian banyak perbedaan itu, mereka disatukan oleh tali persaudaraan sesama bangsa Indonesia dan sama – sama berstatus sebagai santri.
Selain kebersamaan, di dunia santri juga tercipta sikap gotong royong, yaitu saling tolong menolong dalam hal belajar maupun kegiatan pribadi lainnya. Telah menjadi budaya di dunia santri, dimana jika ada santri mendapatkan tugas untuk mengisi suatu acara tertentu, maka santri yang bertugas tersebut akan belajar kepada teman ataupun senior yang ada di kamar mereka. Karena pada umumnya, dalam satu kamar terdiri dari beberapa santri yang berbeda tingkatan. 
Kebersamaan dan gotong royong tanpa melihat latar belakang merupakan cermin budaya Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya suku dan budaya yang ada di Indonesia. Sejak di pesantren, para santri telah dibiasakan dengan sikap menjunjung tinggi toleransi antar sesama santri yang tidak lain mereka adalah warga negara Indonesia yang berasal dari berbagai daerah. Dengan kebiasaan tersebut, pastinya sikap toleransi akan tertanam dalam diri mereka hingga mereka terjun ke masyarakat nantinya. Selain itu, kebersamaan yang terjalin selama menjadi santri tersebut, akan melahirkan rasa persaudaraan meskipun mereka tidak memiliki ikatan keluarga. 
Dari berbagai contoh diatas, cukup jelas bahwa santri sangat berperan dalam menjaga kelestarian budaya bangsa Indonesia. Selain kebersamaan dan sikap saling tolong menolong antar warga Indonesia, masih banyak lagi budaya santri yang mengarah pada pengaplikasian Bhinneka Tunggal Ika.(Siti Nadiroh)

Diberdayakan oleh Blogger.