Korelasi antara Pemuda dengan Nasionalisme Santri

“Subbanul yaum rijalul ghod” jika kita telaah dari pernyataan pepatah Arab tersebut maka ada korelasi antara pemuda dengan nasionalisme santri. Mengapa demikian, karena pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Berbicara tentang pemimpin maka yang diharapakan adalah sosok pemimpin yang mampu mem-balance antara hablum minallah dan hablum minannas. Bangsa ini tidak membutuhkan pemimpin yang hanya baik hubungan dengan Tuhannya akan tetapi hubungan antar sesama harus tetap terjaga. Seorang pemimpin harus memiliki beberapa karakter yang tertanam dalam dirinysa, yaitu: Sederhana, mengedepankan kepentingan bersama, musyawarah mufakat, adab dan kesopanan sangat dijunjung tinggi, mandiri, rajin beribadah dan berakhlakul karimah. Dari karekter tersebut maka semua itu merupakan jiwa seorang santri atau bisa dikatakan sebagai kode etik santri. 
Kekental Nasionalisme santri masih terjaga khususnya Jawa bagian timur. Tanpa sadar sejarah banyak memberi pengetahuan kepada kita bahwa penggagas santri terbesar pada saat penjajahan Belanda adalah santri ponpes Tebu Ireng Jombang. K. H. Hasyim Asy’ari yang merupakan komandan pada saat melawan penjajah. Selain itu, kontribusi K. H. Kasyim Asy’ari adalah pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdatul Ulama (NU) yang didirikan pada tanggal 31 Januari 1926. 
Nasionalisme santri juga sangat berpengaruh bagi pemuda yang sedang mencari jati dirinya. Korelasi antara Nasionalisme santri dengan pemuda saat ini yang akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang adalah seorang pemimpin itu harus memenuhi apa yang di sebut dengan kode etik santri sehingga karakter-karakter yang ada pada santri mampu diterapkan ketika menjadi pemimpin bangsa Indonesia.  
*) penulis adalah Bintana Alin Hilwah salah satu mahasiswa Tadris Matematika IAIN Jember semester 3. 

Diberdayakan oleh Blogger.