MEREBUT PERADABAN


IKMPB OPINI : Siklus peradaban akan terus berputar meski dalam hitugan abad. Sejarah mencatat, bangsa Yunani menjadi simbol peradaban dunia sejak sebelum masehi. Lantas, periode awal masehi (abad ke-2) peradaban yunani di eropa mulai hancur oleh otoritas gereja dengan ajaran injil (kristen) di dalamnya. Otoritas kebenaran menjadi milik pastor sebagai simbol ajaran agama. Kebebasan berfikir dibungkam karena hanya grejalah yang berhak menetukan kebenaran.

Kondisi tersebut membawa eropa pada masa kegelapan. Tradisi yunani klasik yang kaya dengan ruh pemikiran kehidupan menjadi sirna dideterminasi dogmatisme agama. Sementara di sisi lain, Islam hadir dengan visi menyelamatkan peradaban manusia. Dengan semangat membaca dan mendalami sains, Islam berhasil membawa penganutnya merebut peradaban dunia. Meski pada akhirnya peradaban Islampun juga harus hancur karena ketidakmampuan menyiapkan generasi unggul.

Jatuhnya peradaban Islam disambut baik oleh barat. Barat mulai menyadari, dogma agama hanya melahirkan kejumudan berfikir dan mandulnya ilmu pengetahuan. Lantas, lahirlah gerakan renaisance sebagai wujud kebangkitan sains barat. Terhitung sejak abad 15, barat kembali menguasai peradaban dunia hingga hari ini. Barat mampu meciptakan perubahan dunia dengan berbagai teknologi untuk memudahkan kehidupan manusia. Teknologi sebagai produk modernisasi telah menjadi penyokong utama pesatnya globalisasi. Lantas, akankah peradaban itu kembali direbut oleh bangsa timur?

Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara mempunyai potensi besar untuk membangun peradaban, mengingat potensi kekayaan laut dan darat yang begitu melimpah meski kerapkali menjadi sasaran eksploitasi bangsa lain dalam bentuk kolonialisme & imperialisme. Penjajahan itu kompleks telah dialami oleh Indonesia, mulai dari bentuk penjajahan fisik hingga penjajahan ideologi.

Untuk menggapai itu, bangsa ini harus berjuang keras. Sebab, di atas kertas kapasitas SDM bangsa masih begitu jauh bila dibandingkan barat. Peningkatan kapasitas menjadi pilot project untuk dapat bersaing dalam berbagai sektor. Sebab itu, penggalakan pengembangan mutu perguruan tinggi harus senantiasa diperjuangkan, mengingat mutu perguruan tinggi dapat dikatakan sebagai simbol peradaban bangsa. Budaya ilmiah dan semangat menggali ilmu pengetahuan harus menjadi skala prioritas bagi perguruan tinggi untuk melahirkan generasi bangsa yang unggul dan mampu menyelesaikan permasalahan bangsa yang kian kompleks.

Quacquarelli Symonds (QS) University Ranking merilis bahwa perguruan tinggi Indonesia berada di peringkat ke 67 dari 350 universitas terbaik di Asia dan peringkat ke 325 di dunia (Jawa Post, 28/10/16). Atas dasar ini, jangankan di level dunia, di tingkat Asia Tenggara saja Indonesia masih berada di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan sebagainya. Sebagai indikator perbandingan, dapat dilihat pada aspek output lulusan, SDM tenaga pendidik, produk riset dan aktivitas organisasi kemahasiswaan

Kondisi ini menjadi keprihatinan di tengah usia kemerdekaan Indonesia yang sudah tidak muda lagi. Karenanya, bangsa ini harus bangkit untuk kembali merevitalisasi ruh spririt membaca sebagai risalah Tuhan di dalam surat al-alaq 1-5. Bangsa ini harus mampu membangun budaya gerakan membaca secara masif. Tiada sejarah yang mencatat, kemajuan diperoleh tanpa spirit membangun ilmu pengetahuan. Eropa klasik (yunani), Timur Tengah (Islam) dan eropa modern meraih kejayaan dengan membaca. Budaya membaca menjadi embrio lahirnya gagasan-gagasan segar sebagai solusi untuk menyelesaikan problematika bangsa.

Gerakan budaya membaca dapat menjadi obat mujarrab untuk mengangkat bangsa ini dari kebodohan dan kemiskinan. Arus globalisasi yang kian tak terbendung selayaknya dijadikan spirit dalam memperkaya pengetahuan untuk bersaing menjadi yang terbaik, bukan malah menjadi bumerang yang menghancurkan sendi nilai-nilai kebangsaan. Indonesia harus tampil dalam panggung peradaban dunia sebagai bangsa dengan beragam kultur dan budaya yang melekat erat dalam kepribadian setiap bangsa. Pengetahuan dan kearifan lokal perlu digali demi menumbuhkan pengetahuan baru yang berasaskan nilai dan kultur bangsa Timur.(Haerul Anwar)
Diberdayakan oleh Blogger.