PAHLAWAN BUKAN JURAGAN


  IKMPB OPINI:  Gelar Pahlawan banyak diburu oleh keluarga mendiang,organisasinya,maupun sebagian tokoh sezamannya.Pahlawan hanya milik orang-orang besar,sama dg sejarah yg hanya ditulis untuk orang-orang yg punya dan besar karena kekuasaan.Perburuan gelar pahlawan banyak dilakukan oleh tokoh-tokoh politik sebagai ligitimasi figurismenya.sedikit aneh memang pahlawan diberikan pada orang-orang yg berjasa terhadap negara hanya persoalan-persoalan kebijakan politiknya,belum pada rumus pengabdian jiwa,raga dan hartanya untuk kepentingan Bangsa.Sebaliknya mereka masih dilayani negara,memakai fasilitas negara dan makan gaji dari negara.
Pahlawan itu mereka yg tidak suka citra,kamera dan fasilitas negara.Mereka siapa saja yg hidup tampa makan dari uang negara.Mereka yg tulus mengabdi tampa kehadiran negara,dan tampa menjadi Juragan rakyatnya, tapi ia hadir mempersebahkan jiwa,raga dan hartanya demi kepentingan negara dan bangsa.Pahlawan pra kemerdekaan,Pahlawan 10 Nopember,dan Pahlawan Revolusi itulah Pahlawan Sejatinya.
  Para Petani disawah selalu hadir memberi makan bangsanya,ia peras keringat,banting tulang,bahkan harga produksinya dipermaikan para kartel dagang,namun ia tetap setia menyiapkan hidangan untuk penerus bangsa.Mereka tidak minta dibuatkan gelar atau patung bersejarah,mereka hanya minta negara hadir membantunya.Masih banyak orang-orang yg amat layak disebut pahlawan dari pada orang yg selama hidupnya,keluarganya mintak dilayani dan makan dari uang negara.pemberi Gelar pahlawan tidak cukup hanya diwakili oleh institusi pemberi Gelar,tetapi publik harus terlibat karena mereka yg merekam kepahlawanannya.
  Sejarah hanya mencatat mereka-mereka yg ada dilingkungan Istana dan lingkaran kekuasaan.Sejarah buta dg orang-orang pekerja bangunan yg mempertaruhkan nyawanya untuk kenyamanan orang lain,juru masak istana yg membuat abdi negara kenyang,atau tukang sapu trotoar yg membuat jalanan bersih dan nyaman.Sejarah harus berpihak pada orang-orang lemah dan kecil yg jauh dari akses kekuasaan dan uluran tangan negara.Sehingga tidak lagi ada orang yg dibesarkan oleh sejarah berdasar citarasa kekuasaan,tetapi berdasar pada pengabdiannya pada kemanusiaan yg tampa pencitraan.REFLEKSI,2/11/2016. (Dasuki, Af)
Diberdayakan oleh Blogger.