Peran Spiritual Dalam Memimpin Perubahan di Lembaga Pendidikan Islam


IKMPB Artikel : Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik atau kematian.
Spiritual sebagai konsep dua dimensi yaitu dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, dan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan, spiritual dapat menjadi medikasi terapeutik tanpa memandang agama, ras, danwarna kulit, misalnya dalam meningkatkan koping, dukungan sosial, optimis medan harapan, mengurangi depresi dan kecemasan, serta mendukung perasaan relaksasi.
Spiritual adalah suatu usaha dalam mencari arti kehidupan, tujuan dan panduan dalam menjalani kehidupan bahkan pada orang-orang yang tidak memercayai adanya Tuhan. Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan sang pencipta. spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut: (1) berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan, (2) cara dalam menemukan suatu arti dan tujuan hidup, (3) memiliki kemampuan dalam menyadari kekuatan dalam untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, (4) mempunyai perasaan terikat dengan diri sendiri dan dengan Pencipta. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan.
Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari manusia secara keseluruhan yang ditandai oleh makna dan harapan. Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan yang saling berdekatan antara diri dengan orang lain, alam dan dengan kehidupan yang tertinggi. Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan dan system keyakinan individu dengan hubungan mereka di dalam diri mereka sendiri dan dengan orang lain. Keyakinan ini sering berakar dalam spiritualitas orang tersebut. Sepanjang hidup seorang individu mungkin spiritual akan lebih tumbuh sehingga individu menjadi lebih menyadari tentang makna, tujuan dan nilai hidup.
Spiritualitas memberi dimensi luas pada pandangan holistik kemanusiaan. Definisi spiritualitas atau dimensi spiritualitas akan unik dan berbeda bagi setiap individu. Definisi individual tentang spiritualitas dipengaruhi oleh kultur, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berusaha untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian, yang merupakan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia. Spiritualitas sebagai suatu yang multi dimensi,yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus dengan hubungan seseorang dan sang pencipta. Spiritualitas sebagai konsep dua dimensi yaitu dimensi vertikal yang merupakan hubungan dengan pencipta yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri dengan orang lain dan dengan lingkungan. Hubungan antara dua dimensi ini berlangsung terus menerus.
Meskipun spiriualitas sulit untuk didefinisikan, terdapat dua karakteristik penting tentang spiritualitas yang disetujui oleh sebagian orang: (1) Spiritualitas adalah kesatuan tema dalam kehidupan kita. (2) Spiritualitas merupakan keadaan hidup. Jika diambil dari definisi fungsionalnya, spiritualitas adalah komitmen tertinggi individu yang merupakan prinsip yang paling komprehensif dari perintah atau nilai final yaitu argument yang sangat kuat yang diberikan untuk pilihan yang dibuat dalam hidup kita.
Mengenai kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, tergantung pada perspektif yang digunakan. Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapannya pada bidang militer, olahraga, bisnis, pendidikan, industri dan bidang-bidang lainnya. Ordway Tead memberikan rumusan Leadership is the activity influencing people to cooperate some good which they come to find desirable". Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Sarros dan Butchatsky, "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual aswell as the organization or common good’. Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Demikian juga, Slamet santosa mendefinisikan kepemimpinan sebagai Usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah disepakati. Menurut Ngalim Purwanto ‘Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain: Pertama, kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga. Kedua, seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
Sementara itu berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Th 2003, pendidikan bermakna usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Kepemimpinan dalam pendidikan dapat dimaknai suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah ditetapkan. Secara sederhana kepemimpinan pendidikan dapat diartikan adalah pihak-pihak yang menentukan tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan undang-undang.
Ada serangkaian yang harus dilaksanakan dalam kepemimpinan dalam pendidikan; (1). Proses rangkaian tindakan dalan sistem pendidikan. (2). Mempengaruhi dan memberi teladan. (3). Memberi perintah dengan cara persuasi dan manusiawi tetapi tetap menjunjung tinggi disiplin dan aturan yang pipedomani. (4). Pengikut mematuhi perintah sesuai kewenangan dan tanggung jawab masing-masing. (5). Menggunakan authority dan power dalam batas yang dibenarkan. (6). Menggerakkan atau mengerahkan semua personel dalam institusi guna menyelesaikan tugas sehingga tercapai tujuan, meningkatkan hubungan kerja di antara personel, membina kerjasama, menggerakkan sumber daya organisasi, dan memberi motivasi kerja.
Memperhatikan kompleksitas masalah kepemimpinan pendidikan, maka urgen dimunculkan dan diimplementasikan gagasan kepemimpinan spiritual. Kepemimpinan spiritual adalah kepemimpinan yang membawah demensi keduniaawian kepada dimensi spiritual (keilahian). Allah adalah pemimpin sejati yang mengilhami, mempengaruhi, melayani dan menggerakkan hati nurani hamba-Nya dengan cara yang sangat bijaksana melalui pendekatan etis dan keteladanan. Karena itu kepemimpinan spiritual disebut juga kepemimpinan yang berdasarkan nilai-nilai etis dan menjunjung tinggi nilai-nilai religius. Mereka melakukan pekerjaan dengan cara yang memuaskan hati lewat pemberdayaan, memulihkan dan menguntungkan siapa saja yang berhubungan dengannya. Mereka tidak hanya mampu menghadirkan uang, tetapi juga hati dan jiwa mereka dalam bekerja. Mereka terlibat sepenuhnya (involve) dalam aktivitas organisasi (bisnis atau lembaga pendidikan) yang dipimpinnya sebagai bentuk komitmennya yang paling dalam yaitu komitmen spiritualis.
Kepemimpinan ini didasarkan asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat tiga jenis kecerdasan yaitu kecerdasan inteletual (intellectual quotient atau/IQ), kecerdasan emosional (emostional quotient/EQ), dan kecerdasan spiritual (spiritual quotient/SQ), maka menurut Zohar dan Marshal, SQ merupakan fondasi yang diperlukan bagi keefektifan dua kecerdasan yang lain, SQ is the necessary foundation for the functioning of both IQ and EQ. Itis our ultimate intelligence.
Dalam perspektif sejarah, kepemimpinan ini telah dicontohkan dengan sangat sempurna oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan integritasnya yang luar biasa, sehingga mendapat gelar al-amiin (terpercaya), Nabi Muhammad SAW mampu mengembangkan kepemimpinan yang paling ideal dan paling sukses dalam sejarah peradapan umat manusia. Sifat-sifatnya yang utama yaitu siddiq (integrity), amanah (trust), fatonah (smart) dan tabligh (openly) mampu mempengaruhi orang lain dengan cara mengilhami tanpa mengindoktrinasi, menyadarkan tanpa menyakiti, membangkitkan tanpa memaksa dan mengajak tanpa memerintah.
Dengan konsep ini, spiritualitas yang dikembangkan dalam kepemimpinan adalah spiritualitas asketik yaitu intensitas pengabdian kepada Tuhan yang dijalankan dalam kegairahan kerja, sehingga dapat membuahkan kesalehan. Dengan semangat tersebut, maka kepala sekolah dan guru akan bekerja sesuai profesionalitasnya, dan orang tua juga tak segan menyumbangkan dana sebagian dari amal infaknya. Sehingga kebutuhan sekolah baik fisik, fasilitas, media pembelajaran, peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan dapat ditingkatkan. Kemajuan sekolah termasuk didalamnya presasi anak didik adalah instrument untuk melipatgandakan kapital. (Heridianto)

Diberdayakan oleh Blogger.