Toilet IAIN Jember Perlu Adanya Pemisahan Mahasiswa

IKMPB BERITA : Toilet yang berjumlah 36 ruang, khusus untuk mahasiswa yang tersebar di gedung-gedung Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember tidak ada pemisahan antara laki-laki dan perempuan. Ketiadaan pemisahan ini oleh beberapa mahasiswa IAIN Jember sendiri tidak ideal.
Dani Izzan Ghafuro, program studi Pendidikan Agama Islam (PAI), menyatakan pendapatnya yang tidak menyetujui ketiadaan pemisahan antara laki-laki dan perempuan, Kamis (27/10). Ketidaksetujuannya tersebut sebab kampus IAIN Jember yang berdiri berhaluan agama Islam, dengan berpedoman Al-quran dan Hadits. Hal itu pun sejalan dengan pendapat Yulia Ayu Wulandari, 20, program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Yulia menjelaskan IAIN Jember seharusnya menyesuaikan dengan syariat Islam. “Tidak sesuai dengan hakikat IAIN itu sendiri.”  katanya.

Saat  mewancarai Muhammad Wahyudi, 37, pengawas sarana kantor, di ruangan kasubag umum  (2/11), dia menyetujui dengan tidak adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan di toilet khusus mahasiswa di kampus IAIN Jember. Setelah berkomentar, Wahyudi langsung menginginkan untuk mengajukan dan memerintahkan kepada bagian sarana ATK untuk membeli gambar laki-laki dan perempuan yang akan ditempelkan di seluruh toilet khusus untuk mahasiswa. “minta tolong ke ATK langsung menyeruh temen-temen kebun.” Katanya 
Tidak adanya air di gedung E, F dan G
Izzan juga menyayangkan sering tidak adanya air saat dirinya kuliah di waktu siang hari, meskipun pada saat pagi hari Izzan mendapati volume air penuh. “Frekuensinya sering gak ada air,  kotor dan lain sebagainya.” katanya.
Wahyudi menanggapi bahwa hal itu disebabkan bukan karena air yang kurang, Wahyudi sendiri meyakini tandon utama yang berada di belakang gedung D  sebagai menyuplai air ke sebagian besar gedung di kampus IAIN Jember masih cukup, namun penyebabnya adalah dari cleaning service yang ditugaskan untuk menghidupkan skalar yang ada di setiap gedung di kampus IAIN Jember saat siang hari mereka pulang, sehingga tidak ada petugas yang menggantikannya. Namun, Wahyudi memberi solusi dengan meminta tolong kepada satpam, tapi Wahyudi sendiri merasa hal itu akan sulit untuk diterima sebab bila membandingkan tugas dan wilayah yang harus satpam amankan tidak sebanding.(Hamdani Ali Maulana)

Diberdayakan oleh Blogger.