Banyak Tayangan TV Memuat Pengatahuan Ekstrim Membahayakan Masyatakat Kecil
*Banyak Tayangan TV Memuat Pengatahuan Ekstrim Membahayakan Masyatakat Kecil*
*Buletin Kritis, Jember*- Dasuki Af, Dosen muda IAIN Jember menganggap Berita yang memuat kata-kata Saksi, Tersangka, Radikalisme Dan Terorisme, merupakan Pengetahuan yang Keras(extrim knowledge) yang membahayakan pada polafikir masyarakat kecil, hal itu disampakan di akun Whatshap Mesanger dengan tulisan opini bebas, Kamis (20/7/2017).
"Saya hampir setiap pagi dan sore menyempatkan diri menyimak berita di TV, ketika remot saya pencet langsung terlihat dan terdengar kata-kata saksi, tersangka, KPK, radikalisme dan terorisme", kata Dasuki Af, Dosen muda FTIK IAIN Jember
Dia mengatakan berita yang dilihat dan ditayangkan dipemberitaan TV tidak ada orang yang benar dan menyenangkan untuk rakyat, khususnya rakyat kecil.
Seharusnya berita itu memuat informasi yang layak jual dan memberikan pencerahan untuk masyarakat bukan sekedar mengubah kehidupan yang kondusif menjadi gaduh.
menurutnya berita itu diproduksi oleh kelas tertentu yang memiliki kapital dan selera tinggi. Dia menyampaikan bahwa informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari isi berita tersebuat lebih banyak seputar kekuasaan. Pasalnyan isi pemberitaan di TV memuat isu-isu politik yang merupakan isu paling sexy dilihat.
Dia mengatakan pena dan kamera lebih tajam dari pedang, berdasarkan pernyataan dari salah satu narasumber Muhibbin (2003), disaat mengikuti pelatihan diklat jurnalistik dasar.
Selain itu dia juga mendengar Muhibbin menyampaikan bahwa coretan pena atau jebratan kamera dapat mengubah dunia, sehingga dia termotivasi untuk menulis agar bisa mengubah dunia.
Setelah itu pikiran untuk mengubah dunia selalu terbawa dalam kegelisahan-kegelesahan akademis yang panjang walau pun kemudian dia bertanya dan membaca ulang pikiran-pikiran tersebut, sehingga menurutnya tidak cukup hanya menulis dapat mengubah dunia, sebab kata Marx pertarungan kelas lah yang dapat mengubah dunia.
Katanya Muhibbin dan Marx memang berbeda tapi semuanya mendekati kebenaran.
Ternyata pena dan kamera telah dikendalikan oleh kelas tertentu untuk membangun opini tertentu pula, menurutnya hal ini diperkuat oleh buku bacaan yang berjudul Kapitalisme Media saat berkunjung ke toko Gramedia Jember.
Menurutnya buku tersebut memberi sinyal bahwa produksi media masih seputar pertarungan kekuasaan, bukan pertarungan watak bangsa yang beradab, sehingga informasi atau pengetahuan hanya milik sponsor, penguasa dan pemodal.
Dalam kontek ini lah ia mengatakan posisi rakyat kecil tersubordinasikan, terpinggirkan dan berada diarus pinggiran pengetahuan yang selalu di didoktrin dengan pengetahuan-pengetahuan keras.
Dari kesan isi berita persoalan tayangan di TV tersebut Dasuki mengatakan banyak orang yang jahat, orang yang baik macak pengamat tetapi pernyataan-pernyataanya menyudutkan dan menyalahkan seakan-akan sudah tidak ada lagi yang benar.
Lalu dia mempertanyakan tentang yang sebenarnya orang yang memberikan setrotip atau cap simbol negatif pada orang lain yang keluar dari rahim media berupa simbol-simbol penobatan jahat, baik, radikal, teroris dan bahasa ekstrim lainya.
Dia membenarkan kata Foulcault bahwa kekuasaan memproduksi pengetahun dan kebenaran, sehingga bukan hanya yang berteriak takbir dianggap ekstrim, tapi yang necis dan parlente pun juga bisa ekstrim bila menyampaikan pengetahuan-pengetahuan ekstrim diruang kehidupan
Menurutnya ekstrim knowledge cukup berbahaya bila ditanamkan terus menerus pada masyarakat luas melalui media massa, karena rakyat diajak bergulat, berdebat, menghujat bahkan melaknat. Hal demikian menurutnya sebuah kemunduran peradaban ditengah-tengah masyarakat yang katanya sudah rasional, moderen, dan berperadaban tinggi. namun kembali lagi diam-diam yang katanya anti Marxis dan cukup pancasilais serta agamis ternyata hidupnya hanya untuk mempertarungkan kelas
"Perlu diingat dan diperhatikan pertarungan kelas bisa menyeret saya, anda dan kita semua melalui doktrin media massa."Pu
Kirim Komentar