Limbah Pendidikan
LIMBAH PENDIDIKAN
Oleh:Dasuki,Af
Mendengar kata limbah bayangan pikiran kita pasti pabrik,mengandung racun, kotor, tidak sehat, barang bekas dan hal negatif lainnya.Namun limbah sejalan dengan kemajuan teknologi kini dapat di daur ulang menjadi sesuatu yang produktif, tapi tidak semua jenis limbah.
Semua pabrik atau bahkan home industry menghasilkan limbah meskipun skalanya ada yang rendah sesuai kapasitas dan jenis barang produksi.
Lembaga pendidikan juga dapat diibaratkan dengan pabrik yang memiliki rantai produksi input-proses dan output atau hasil akhirnya menjadi outcome. Bahkan lembaga-lembaga pendidikan ada yang sudah memiliki Renstra,SOP,ISO dan manajemen operasional pendidikan lainnya,tetapi masih ada limbahnya.
Pendidikan yang disibukan dengan administrasi apalagi pendidikan yang hanya berorintasi mengejar angka-angka, risiko limbahnya lebih besar. Ada proses yang pincang dan hilang dalam dunia pendidikan kita, lembaga pendidikan masih terjebak dengan proses bagaimana menghasilkan lulusan yang unggul bukan yang bermanfaat, tentu pretensi unggul lebih pada kecerdasan kognitif, buktinya benner penerimaan Siswa/mahasiswa baru banyak yang menampilkan prestasi-prestasi otak dan menjual piala juara anak dari pada prestasi kemanfaatan pada lingkungan, Branding sains dan teknologi masih menempati posisi teratas iklan lembaga pendidikan.Berarti selama ini proses pendidikan sedikit menjauh dari proses kehidupan yang sebenarnya.
Anda mungkin masih ingat waktu masih sekolah dulu dapat bagian piket, mulai dari nyapu, merapikan bangku, menyiapkan kapur, menghapus papan, dan seluruh kenyamanan kelas, bahkan jika tidak bersih- bersih dikelas saya dulu disuruh membersihkan halaman sekolah oleh pak guru. Setiap Jumat kurang lebih satu bulan sekali ada Jumat bersih yang melibatkan seluruh warga sekolah. apa Jumat bersih itu masih berlaku, saya kurang tahu karena sekarang banyak sekolah-sekolah yang sudah disulap seperti Hotel dan mungkin Jumat bersih tidak berlaku lagi. selain itu dikelas sudah terbentuk struktur organisasi kelas yang bertanggungjawab menjaga seluruh rangkaian KBM atau PBM mulai dari pagi hingga jam pulang, rutinitas itu terus berlangsung setiap harinya. Namun tanggungjawab ini semakin pudar tatkala anak naik kejenjang yang lebih tinggi dari SD,SMP,SMA/Sederajad dan bahkan keperguruan tinggi, apalagi sekolah-sekolah yang mahal dan maju disana sudah ada Cleaning Service, anak didik tinggal datang kekelas mendengarkan arahan guru-gurunya lalu pulang. Saya heran waktu masuk pertama kuliah dulu, karena saya melihat tidak diberi Jam piket nyapu di kelas dan tanggungjawab lainnya. Pikir saya Enak dong kalau kuliah begini padahal waktu SD dulu saya disuruh nyapu halaman sekolah.Jadi kewajiban mahasiswa disini hanya menimba ilmu bukan menimba kehidupan.
Ada proses kehidupan yang mulai hilang dilembaga-lembaga pendidikan.guru/dosen disibukkan dengan tugas-tugas administratif layaknya dinas binamarga, begitupula siswa/mahasiswa diajak bertarung dikelas dengan janji-janji angka bukan diajak bertarung melawan kehidupan. contoh kecil saja melawan sampah dan kelas kotor,sepertinya cuek dan keok semua.ini hanya persoalan sampah bukan persoalan yang lain sudah cuek.Ternyata banyak dari lembaga pendidikan kita yang tampa disadari mencetak mental juragan dan tuan pada diri siswa/mahasiswa, sehingga hal ini menyeburkan mental-mental yang mintak dilayani bukan melayani, maunya jadi atasan alergi jadi bawahan. Bahkan sekolah-sekolah kenak sentil sedikit sudah latah semua, buktinya sejak opini karakter digulirkan, dengan sekejab sekolah-sekolah mendadak berkarakter bahkan lucunya RPP berkarakrer. RPP berkarakter tetapi rangkaian pendidikan dilayani fasilitas yang wah, mau berkarakter bagaimana karakter sendiri dibentuk dari kehidupan bukan hanya fasilitas yang serba wah.
Sekolah memang harus berkarakter, dikatakan berkarakter seluruh kegiatan disekolah harus berkarakter bukan hanya RPPnya. Guru tinggal download RPPnya, tetapi proses belajar kehidupan tidak bisa dilakukan deng beli paketan dan online. Jadi limbah pendidikan jauh lebih berbahaya dari pabrik, karena kehidupan adalah pendidikan itu sendiri.Refleksi Dasuki Aufklarung Jember 4 Juli/6/2017
Kirim Komentar