SANG AUFKLARUNG
Doc. Redaksi
BULETIN KRITIS, TOKOH- Mohammad Dasuki merupakan putera dari Bapak Muarif dan Ibu Misnati. Ia berasal dari Kabupaten Bondowoso. Saat ini Dasuki menempuh pendidikan doktor (S3) di IAIN Jember. Semasa kuliahnnya Dasuki termasuk mahasiswa dan aktivis yang rajin membaca buku serta memiliki koleksi buku yang tidak sedikit. Hingga kini Sosok Dasuki merupakan Kutu Buku. Pria yang akrab disapa dengan Cak Das ini merupakan santri SMU Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Pendidikan kuliahnya ditempuh di Jember tepatnya IAIN Jember yang dulunya adalah STAIN Jember.
Dimulai dari jenjang pendidikan S1 hingga S3 nya saat ini. Jenjang S1 nya lulus pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2012 ia melanjutkan kuliah Magisternya. Dua tahun pasca menempuh pendidikan Magister, Dasuki melanjutkan sekolah doktornya dengan mengambil Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam
Sosok yang lahir di Bondowoso 12 Maret 1983 ini memiliki banyak pengalaman berorganisasi semasa menjadi mahasiswa S1. Pada tahun 2007 Cak Das menduduki Kepala Bidang I PMII Rayon Tarbiyah.
Dilanjutkan satu tahun berikutnya menduduki Ketua Senat Mahasiswa STAIN Jember. Tidak hanya di bidang mahasiswa diluar ia juga berpengalaman di lembaga organisasi Islam yakni Pengurus LPPNU Bondowoso Devisi SDM. Dari tahun 2014 Hingga saat ini Cak Dasuki aktif pada keanggotaan Pengurus Cabang LTNU Jember.
Saat tahun 2016 hingga saat ini Mohammad Dasuki mengabdi sebagai seorang dosen tetap Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di IAIN Jember. Semasa kerjanya dari 2012 hingga saat ini menduduki jabatan sebagai Peneliti dan Surveyor di beberapa lembaga dan institusi.
Kader-kadernya di IKMPB menyebutnya dengan sebutan Prof (Profesor). Karena beliau unggul secara pemikiran atau selalu memiliki pemikiran-pemikiran cemerlang di masanya. Sehingga selain kadernya, teman-teman seangkatannya menilai Dasuki selevel dengan kelas Profesor. Pribadinya yang begitu filosofis, logis dalam menilai sesuatu, konsekuen atas bacaan-bacaan filsafatnya yang menjadi kefokusan selama menjadi mahasiswa.
Implikasi dari keteguhan belajarnya tentang filsafat menjadikan ia selalu peka terhadap kondisi sosial yang terjadi. Dari hal tersebut ia selalu merefleksikan dalam bentuk tulisan-tulisan opini bebas yang sangat berguna bagi pembaca setia tulisan Dasuki. Bahkan dirinya memberi Call Sign di belakang namanya yakni Dasuki Aufklarung yang artinya pencerahan.
Seorang Dasuki ingin dan selalu berharap bahwa Aufklarung melekat pada dirinya yakni ingin menjadi Insan yang selalu memberi pencerahan pada orang lain. Senada dengan motto hidupnya yakni bermanfaatlah pada yang lain.
Pantas baginya mendapat gelar Intelektualis. Namun hal itu tidak cukup menggambarkan bagaimana sosok Dasuki, karena ia juga merupakan tipe orang yang ikhlas dan selalu mengayomi kader-kadernya.
Penulis : Yunda
Editor : Tim Redaksi
Kirim Komentar