Karantina Smart Gender
OPTIMALISASI PERAN PEREMPUAN MENUJU
PERUBAHAN
DI ERA JAMAN NOW
Karya: Agus Farisi
08155926867
Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis Islam
Proragm ini di adakan oleh PEMPER
yang berada di bawah naungan IKMPB (Ikatan Mahasiswa Pergerakan Bondowoso)
dengan tema “Karantina Smart Gander” bertempat di Balai Desa Kaliwining,
Rambi Puji, Jember pada tanggal 24-25 Februari 2018. Target terbesar dalam
acara ini dari kader angkatan 2016 dan 2017, meskipun pada dasarnya yang
mengikuti hanya 11 kader, diantaranya (Aisyah, Syarifah, Feni, Riski, Fida,
Dewi, Imamah, Nabila, Rofi, Santi, Rohmah). Hal ini tidak menjadi masalah
karena kata Lini Farokah selaku materi pertama, mengatakan “seumpama yang
ikut hanya 2 kader, buat saya sudah luar biasa, apalagi sampai 11 kader seperti
ini, bisa-bisa Anda adalah bagian kader yang akan mengguncangkan Bondowoso. Pernyataan
tersebeut merefleksikan pesan Soekarno “Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan aku
guncangkan dunia”.
Tujuan di adakan kegiatan ini,
supaya adek-adek kader IKMPB lebih memahami dan bisa mengaktualisasikan
kehidupan sehari-harinya terhadap ruang lingkup Gender yang akan membawa perubahan di masyarakat. Hal
ini diposisikan sebagai forum belajar bersama dalam ranah IKMPB yang bertujuan
mendorong atau membekali mereka seperangkat pegetahuan dan keterampilan untuk
menghapus berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan berbasis gender.
Secara spesifik, pembelajaran ini dimaksudkan:
1. Memberikan
pemahaman tentang relasi gender yang terjadi dalam kehidupan masyarakat,
berikut penjelasan konsep dasar, analisis ketidakadilan gender yang terjadi,
maraknya diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan, dan faktor-faktor
penyebab yang melembagakan dan melanggengkan ketidakadilan gender, kekerasan,
dan diskriminasi.
2. Mendorong
kader IKMPB di tingkat akar rumput dengan kesadaran kritisnya, untuk melakukan
upaya-upaya nyata yang berdampak kepada penghentian kekerasan berbasis gender,
diskriminasi, dan sekaligus mewujudkan secara sistematis kesetaraan dan
keadilan dalam kehidupan IKMPB masing-masing dan masyarakat luas.
3. Membekali
IKMPB seperangkat pengetahuan teknis dan keterampilan praktis untuk
mengorganisasikan dan menggerakkan sumber daya kader IKMPB dalam mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender, baik pada lingkup keluarga,
organisasi/komunitas, maupun negara.
Pembelajaran ini didesain dengan menggunakan
pendekatan seminar untuk seluruh kader IKMPB. Setiap orang yang terlibat dalam
acara ini dipandang sebagai subyek yang memiliki pengalaman, pengetahuan, keinginan
dan tahap belajar yang menjadi narasumber ataupun peserta. Dengan cara tertentu
semata hanya untuk berbagi pengalaman, menggambar, diskusi kelompok, saling
berinteraksi, berbagi gagasan, dan pengetahuan peserta yang harus digali.
Hal ini didasarkan pada sebuah prinsip
pendidikan yang dapat membangun kesadaran nalar kritis peserta. Sebuah ilmu
pengetahuan adalah hal yang terpenting bagi kehidupan kita. Dengan adanya
program ini, pengetahuan asas baru telah membungkam nalar kritis peserta. Cara
ini bertujuan untuk dapat membangun kesetaraan, sekaligus menghilangkan
dominasi baik fasilitator atau peserta yang mungkin memiliki posisi sosial tinggi.
Sebagai patokan untuk mengembangkan yang memungkinkan tumbuhnya sikap nalar kritis
peserta, ada 3 (tiga) asas nalar kritis yang dapat menjadi pedoman fasilitator
yakni:
1. Belajar dari realitas dan pengalaman
2. Tidak mengajari dan tidak menggurui
3. Mengedepankan prinsip dialog bukan monolog
Perlu diketahui bersama dalam kehidupan masyarakat yang menyebakan kesenjangan gender melalui budaya patriarki yang masih sangat kuat mempengaruhi pola pikir dan pola perilaku setiap individu. Budaya patriarki menempatkan laki-laki sebagai mahluk yang lebih unggul, sosok pemegang kekuasaan dan penentu keputusan dalam praktik kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, masyarakat, dan Negara. Perempuan dianggap mahluk yang lemah dan lebih rendah dari laki-laki. Berbagai stereotip (pelabelan) terhadap perempuan seringkali membatasi ruang gerak perempuan dan menghambat perempuan untuk menikmati hak asasinya diberbagai bidang kehidupan.
Contoh : perempuan tidak pantas menjadi pemimpin karena dianggap tidak bisa tegas seperti laki-laki atau perempuan tidak boleh sekolah tinggi-tinggi karena setelah menikah tugas utama perempuan adalah di sumur, kasur, dan dapur.
Membongkar Kontruksi Gender Di Komunitas
Suasana yang begitu sunyi di iringi
dengan tanaman-tanaman yang indah membuat acara ini tampak romantizem dengan
berbagai cengkraman haluan-haluan perempuan. Memasuki pada materi pertama yang
di bawakan oleh Mbak Lini Farokah dan Moderator Agus Farisi yang akan
menjelaskan tentang “Membongkar Konstruksi Gender Di Komunitas”. Tema
ini menyuruh kita untuk membongkar kebiasaan lama yang biasanya terjadi
kesenjangan gender, sehingga perlu merubah dengan kesetaraan gender. Mari kita
simak bersama apa sebenarnya yang ada di area gender. Penasaran ya, apa sih
sebenarnya Gender itu?
Gender berasal dari bahasa Inggris
yang berarti jenis kelamin. Dalam Webster’s New World Dictionary, gender
diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat
dari segi nilai dan tingkah laku. Di dalam Women’s Studies Encyclopedia
dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat
pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat.
Secara umum gender
adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan
yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Sering kali gender disamakan dengan
sex dan seksulitas. Namun pada dasarnya gender dan sex (kodrat), serta
seksualitas harus dimengerti dan dipahami untuk dapat menganalisis setiap
tindak diskriminatif yang dialami oleh perempuan.
Perempuan menjadi pihak yang banyak
menjadi korban diskriminasi dan kekerasan berbasis gender karena ketimpangan
relasi antara laki-laki dan perempuan di masyarakat. Diskriminasi yang dialami
oleh perempuan dapat berbeda-beda baik karena status sosialnya, keadaan ekonominya,
status kesehatannya, ras, etnis, pilihan keyakinan maupun orientasi seksualnya.
Dengan demikian, situasi yang lebih berat akan dialami oleh perempuan yang
menjadi korban kekerasan akibat diskriminasi yang berlapis, misalnya
diskriminasi terhadap perempuan yang dialami oleh perempuan penyandang
disabilitas, perempuan adat, dan perempuan dari kelompok minoritas.
Gender, sex dan seksualitas,
masing-masing memiliki segi perbedaan. Kalau gender adalah sebagai
sesuatu hal yang bersifat konstruktif, relatif, berubah, kalau sex (kodrat)
adalah sesuatu yang kodrati, kekal, dan tetap. Sedangkan seksualitas
perempuan merupakan semua yang melekat pada diri perempuan baik tubuh, sifat,
pikiran, juga hasil kerjanya yang akan menentukan identitasnya sebagai
perempuan. Pengetahuan ini sangat penting, sehingga kita mampu menyikapi tindak
diskriminatif yang menyasar perempuan karena seksualitas maupun gendernya.
Konsep gender, sex, dan seksualitas
tidak hanya berhenti pada pengetahuan semata, melainkan harus menjadi kesadaran
nalar fikir kritis. Tujuan sesi membongkar konstruksi gender di komunitas
adalah perubahan relasi sosial kuasa laki-laki dan perempuan menuju keadilan
dan kesetaraan gender. Oleh karena itu, identifikasi dan analisis
masalah-masalah ketidakadilan gender dan faktor-faktor yang menyebabkannya
menjadi sangat penting dilakukan. Melalui pemateri dalam seminar ini, mampu
membedakan dan menyikapi dengan tepat mana yang kodrat, tidak bisa diubah dan
mana yang konstruksi sosial budaya dan dapat diubah setiap waktu. Peserta juga
diharapkan memiliki kesadaran bahwa seks, gender, dan seksualitas manusia itu tidak
tunggal dan tidak bisa ditunggalkan, oleh karena itu pilihan gender dan
seksualitas seseorang harus dihargai dan dihormati secara adil dan setara.
Tidak boleh ada diskriminasi dan kekerasan dalam bentuk apapun atas dasar
apapun, termasuk atas dasar keberagaman gender, seks, dan seksualitas.
Diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan adalah tindak kriminal dan
pelanggaran hukum dan hak asasi manusia.
Mbak Lini Farokah selaku pemateri
menegaskan bahwa peran seorang perempuan harus setia
pada laki-laki, rela dimadu, mencintai suami, terampil dalam pekerjaan
perempuan, pandai berdandan dan merawat diri, sederhana, pandai melayani
kehendak laki-laki, menaruh perhatian kepada mertua, dan gemar membaca buku
yang berisi nasihat. Nilai penting bagi seorang perempuan
yaitu “Women are half the society. You cannot have a
revolution without women. You cannot have democracy without women. You cannot
have equality without women. You can’t have anything without women”. Maksudnya,
apabila kita analisa bahwa kehidupan ini merujuk kepada seorang perempuan sangat
berperang aktif atau eksis di dalam berbagai hal. Seorang laki-laki janganlah
suka meremehkan dan mempermainkan seorang perempuan, karena suatu saat nantik
seorang laki-laki akan menjadi suatu keluarga. Oleh sebab itu, perlakukanlah
seorang perempuan dengan ramah tamah, sopan santun, bijaksana, dan bertanggung
jawab dalam relasi kesetaraan gender.
Dari definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa perbedaan antara sex dan gender yakni “sex” membedakan
laki-laki dan perempuan dilihat dari ciri-ciri biologis yang merupakan
ketentuan Tuhan yang disebut kodrat. Sedangkan “gender” membedakan laki-laki
dan perempuan berdasarkan aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek non
biologis lainnya, bisa dipertukarkan dan bukan merupakan kodrat Tuhan. Perbedaan
biologis antara laki-laki dan perempuan juga bisa dilihat sebagaimana yang
dijelaskan Mansur Faqih bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia yang
memiliki penis, memiliki jakala (kalamenjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan
perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan,
memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut
secara biologis melekat pada manusia jenis perempuan dan laki-laki selamanya.
Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat
biologis yang melekat pada manusia laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak
berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai
ketentuan Tuhan atau kodrat.
Gender Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadis
Memasuki pada materi kedua yang di
bawakan oleh Mbak Siti Mukama dan Moderator Mutmainnah yang akan menjelaskan
tentang “Gender Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis”. Sebelumnya sudah
di bahas diatas tentang gender dan sex, untuk selanjutnya pemateri kedua ini
akan menjelaskan pembahasan gender yang semakin marak dikaitkan dengan
hukum-hukum islam, mengingat banyak hukum-hukum dalam islam yang terlihat
seperti membedakan antara kaum perempuan dan laki-laki, sehingga mencetuskan
seorang perempuan. Maka dari itu, betapa pentingnya bagi kita sebagai seorang
muslimah untuk mengkaji isu gender dalam perspektif al-quran dan hadits demi
meluruskan isu-isu yang berkembang di masyarakat luas, agar tidak terjadi
pelemahan diskriminalisasi kepercayaan akan hukum syariat islam.
Namun pada dasarnya, secara umum islam tidak
pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan di mata Allah kecuali tingkat
ketaqwaan yang membedakannya. Dalam konteks pandangan islam, munculnya
persoalan gender sering kali mulanya bermuara pada kisah Adam dan Hawa. Dalam
al-quran surat Al-Hujuraat ayat 13 disebutkan bahwa Allah swt berfirman yang
artinya:
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.”
Sekilas penjelasan terhadap ayat diatas
karena penulis minim pengetahuan dalam menganalogikan sebuah tafsir al-qur’an.
Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang persamaan antara
laki-laki dan perempuan baik dalam hal ibadah (dimensi spiritual) maupun dalam
aktivitas sosial (urusan karier profesional). Ayat tersebut juga sekaligus
mengikis tuntas pandangan yang menyatakan bahwa antara keduanya terdapat
perbedaan yang memarginalkan salah satu diantara keduanya. persamaan tersebut
meliputi berbagai hal misalnya dalam bidang ibadah. Siapa yang rajin ibadah,
maka akan mendapat pahala lebih banyak tanpa melihat jenis kelaminnya.
Perbedaan kemudian ada disebabkan kualitas nilai pengabdian dan ketakwaannya
kepada Allah swt. Ayat ini juga mempertegas misi pokok al-qur’an yang
dianjurkan untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk diskriminasi dan
penindasan, termasuk diskriminasi seksual, warna kulit, etnis dan ikatan-ikatan
primordial lainnya. Namun demikian sekalipun secara teoritis al-qur’an
mengandung prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, namun ternyata
dalam tatanan implementasi seringkali prinsip-prinsip tersebut terabaikan.
Sehingga dekadensi moral perempuan di
era jaman now sering kali banyak kaum perempuan baik dari remaja sampai
ibuk-ibuk melakukan tindakan gosip dan fitnah emansipasi perempuan. Fitnah emansipasi perempuan dalam
pandangan gender, yaitu gerakan untuk memperoleh pengakuan persamaan kedudukan,
derajat serta hak dan kewajiban dalam hukum bagi perempuan. Pada
mulanya, gerakan emansipasi atau penyetaraan gender ini berbentuk slogan
akademis bagi kaum perempuan. Slogan-slogan itu nampak menarik bagi perempuan
karena mengusahakan peningkatan kecerdasan dan pengetahuan mereka agar dapat
melahirkan generasi baru yang lebih cakap dan lebih berkualitas. Akan tetapi,
setelah itu gerakan ini mulai melakukan tipu daya baru yang dibungkus dengan kata-kata
indah nan menawan, yakni persamaan hak laki-laki dan perempuan secara mutlak
dan kebebasan karir wanita di segala bidang. Dengan iming-iming yang menarik,
banyak kaum hawa yang tertipu daya dan terbawa arus gelombang emansipasi.
Bahkan hembusan emansipasi seolah angin sejuk bagi masa depan mereka.
Di Era Jaman Now, emansipasi perempuan telah
menimbulkan banyak kerusakan yang tak terhitung jumlahnya, diantaranya :
a.
Timbulnya berlomba-lomba kecantikan
b.
Maraknya perempuan yang dengan bangga mempertontonkan auratnya (seperti ayam
yang di buang bulunya), karena menganggap menutup aurat adalah diskriminasi
bagi mereka
c.
Pergaulan bebas
d.
Penyalahgunaan narkoba
e.
Munculnya kaum homo dan lesbian
f.
Persoalan rumah tangga
Persoalan
ini muncul karena banyaknya skak yang mematikan minimnya pemahaman sebuah
pengetahuan dan minimnya faktor ekonomi. Agar kasus seperti ini berkurang,
marilah kita saling mengingatkan dan memberikan sebuah pengetahuan tentang
kesetaraan gender. Dari sini, diharapkan para kader IKMPB perlu meluruskan dan
mengaktualisasikan kesetaraan gender, agar emansipasi perempuan dalam kehidupan
sehari-hari tidak dipersalahgunakan.
Kepemimpinan Wanita
Memasuki pada materi ketiga yang di bawakan
oleh Mbak Lia Fuji dan Moderator Juhairiyah yang akan menjelaskan tentang “Kepemimpinan Perempuan”.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kata pemimpin. Namun perlunya
mengulas terlebih dahulu apa yang di maksud dengan kepemimpinan, pemimpin,
memimpin yang pada mulanya berasal dari kata yang sama yaitu pimpin.
Dari serangkain kata tersebut, maka Penulis mencoba dan menganalogikan kata
baru dari istilah pimpin yaitu Thread (tiga kepemimpinan).
·
Kepemimpinan artinya cara memimpin
Artinya suatu interaksi antara seseorang
dengan suatu kelompok atau anggotanya dalam memainkan peranan dan dengan
cara-cara tertentu secara dipilah-pilah dalam
mencapai suatu sasaran yang diinginkan.
·
Pemimpin artinya orang yang memimpin
Maksudnya peran seseorang yang
memiliki kemampuan untuk dapat mempengaruhi, mengatur, mengarahkan serta
mengkoordinir orang lain atau anggotanya untuk berkerja sama dalam mencapai
suatu tujuan tertentu.
·
Memimpin artinya hasil atau proses dalam memimpin
Maksudnya proses atau
mengepalai kegiatan untuk melatih (mendidik, mengajari, dan
sebagainya) diri sendiri atau pengikutnya supaya dapat bertanggung jawab atas
apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Kalau
perbedaanya kepemimpinan lebih mengarah kepada sikap dan tindakan dalam
memipin, pemimpin mengarah kepada obyek atau orangnya, sedangkan memimpin
mengarah kepada pekerjaan yang dipimpin. Namun pada dasarnya ketiganya mempunyai
arti yang sama, hanya saja yang membedakannya tergantung letak dan variasi yang
digunakan dalam konteks berbeda.
Lantas apa
hubunganya kepemimpinan dalam perspektif gender? Mungkin kalian sedang berfikir
bukankah sebenarnya kepemimpinan itu lebih bagus dipimpin oleh seorang
laki-laki. Baik, kalau begitu penulis akan memaparkan apa sih sebenarnya kaitan
antara kepemimpinan dalam perspektif gender.
Pola
kepemimpinan antara perempuan dan laki-laki sangat jauh. Kalau perempuan
cenderung mengambil gaya kepemimpinan yang lebih demokratis mereka mendorong
partisipasi, berbagai kekuasaan dan informasi, serta berupaya meningkatkan
harga diri pengikutnya. Mereka lebih suka memimpin lewat keterlibatan dan
mengandalkan karisma kepekaan, kontak, dan keterampilan antara pribadi mereka
untuk mempengaruhi orang lain. Tetapi kalau laki-laki lebih besar menggunakan
suatu gaya komando dan pengendalian direktif. Mereka mengandalkan otoritas
formal posisi mereka sebagai pangkalan bagi pengaruh mereka. Kecenderungan bagi
pemimpin perempuan. Inilah karakteristik pola kepemimpinan antara laki-laki dan
perempuan.
Karakteristik Laki-Laki
|
Karakteristik Perempuan
|
Maskulin
|
Feminin
|
Rasional
|
Emosional
|
Tegas
|
Fleksibel/plin-plan
|
Persaingan
|
Kerjasama
|
Sombong
|
Selalu mengalah
|
Orientasinya Dominasi
|
Orientasinya menjalin hubungan
|
Perhitungan
|
Menggunakan insting
|
Agresif
|
Pasif
|
Objektif
|
Mengasuh
|
Fisik
|
Cerewet
|
Kembali lagi
dalam penjelasan gender bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak ditentukan
karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan dibedakan
menurut kedudukan, fungsi, dan peranan masing-masing dalam kehidupan sosial
budaya. Perbedaan itu disebut gender, yang dapat diartikan secara umum sebagai
perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai
tingkah laku. Aspek yang membedakan perempuan dan laki-laki tersebut seringkali
menjadi patokan masyarakat dalam menentukan pemimpinnya.
Dalam dunia
kepemimpinan, di era jaman now ini sudah banyak seorang perempuan yang telah
menjadi pemimpin. Contoh: Kartini, Megawati, Rini Soemarno, Siti Fadilah, Khofifah,
Ibuk Faida, dan yang mejadi pemateri Mbak Lina Farokah, Mbak Siti Mukama, Mbak
Lia Fuji serta masih banyak pemimpin perempuan yang lainnya.
Dengan
demikian seandainya potensi perempuan selama ini diakui oleh masyarakat yang dianggap
mampu bersaing dimanapun. Namun, berabad-abad perempuan telah dianggap kurang
berkembang oleh masyarakat yang menyebabkan kekurangberdayaannya dalam
kehidupan masyarakat itu sendiri. Semuanya terjadi disebabkan oleh budaya
masyarakat yang mengitarinya dan bukan disebabkan oleh ajaran agama yang
berdasarkan wahyu dan petunjuknya. Jadi, hindarilah budaya-budaya yang selalu
meremehkan perempuan. Ubahlah pola pikir yang selama ini tercipta diranah
lingkunganmu, yang biasanya menyebabkan kesenjangan gender antar keluarga,
saudara, tetangga maupun diranah kepemimpinan, menjadi pola pikir yang saling
mengingatkan dan memberikan pengetahuan kesetaraan gender.
Kirim Komentar