MENULIS ITU MENCERDASKAN
Menulis membutuhkan energi besar. Mengapa tidak? Pikiran dituntut hidup dan berjalan untuk menjelajah ke seluruh hamparan dunia ide yang tak terbatas. Tak cukup itu, ketika ide dan gagasan diperoleh, pikiranpun harus menerjemahkan dan menata berbagai gagasan yang masih berserakan menjadi susunan kata dan paragraf yang renyah untuk dibaca.
Aktivitas menulis begitu berat bagi mereka yang malas berfikir dan membaca (teks & konteks). Sementara Islam begitu jelas menegaskan, manusia adalah makhluk berakal dengan menjadikan berfikir sebagai sebuah keniscayaan. Akal dihadiahkan kepada manusia untuk memahami semesta. Filsuf sekaliber Rene Descartes juga mengatakan, manusia diakui keberadaanya jika ia berfikir. Berfikir menghasilkan pengetahuan dan karya (tulisan).
Terdapat serpihan-serpihan pengetahuan berserakan di dalam otak. Berserakan ini dikarenakan banyak faktor, bisa karena tidak sistematis ketika menginputnya ataupun karena terlalu lama mengendap di dalam memori otak sebab tidak pernah dipanggil dan difungsikan. Pada sisi lain, pengetahun juga bisa masih dalam keadaan ter-hidden akibat tidak ada upaya manusia untuk mengaktualisasikan potensi mengetahui di dalam dirinya. Jadi, pengetahunnya masih potensial belum aktual.
Upaya merapikan, menata, dan meng-unhidden-kan pengetahuan itu bisa dilakukan dengan menulis. Maka setidaknya minimal terdapat tiga hal yang bisa diperoleh dari aktivitas menulis. 1) menulis membuat pikiran selalu hidup sehingga sel-sel otak aktif menghubungkan antara pengetahuan satu dg lainnya. Bahkan kondisi aktif ini kerap menghasilkan pengetahuan baru baik yg sifatnya indrawi ataupun hasil kontak/gesekan antara pengetahuan satu dengan lainnya. 2). Dengan menulis, pengetahuan-pengetahuan di dalam pikiran bisa tersusun secara sistematis membentuk sebuah ulasan dan gagasan utuh. Sebab, menulis hakikatnya mengakumulasi bagian-bagian pengetahuan. 3). Melatih menerjemahkan ide/gagasan dalam bentuk kata, kalimat, dan paragraf. Fungsi ini menuntut otak memetamorfosis ide menjadi kumpulan diksi yang saling terhubung membentuk kalimat yang efektif sesuai kaidah bahasa.
(Haerul Anwar)
Kirim Komentar