POLITIK TAMPA HUJAT
POLITIK TAMPA HUJAT
Oleh:Dasuki, Af
27 Juni 2018 Mendatang Pilkada serentak akan dilaksanakan, tentu masyarakat sudah mengantongi nama-nama pilihan kandidat baik dipilih secara Rasional, emosional, ideologis, arahan orang tertentu atau karena barter pada Hari-H.masyarakat punya hak memilih siapa saja yg dinginkannya bebas jujur dan adil. Bagi pegiat politik atau orang yg hidup dari dunia politik pekerjaan pilkada sangat mengasikkan, bisa jadi ajang pilkada menjadi keuntungan Musiman,sebab hari ini politik dan partai politik bukan lagi perang ideologi dan atau perkelahian gagasan berdasarkan ideologi tertentu, Sehingga wajar bila pilkada rentan dengan mahar politik, transaksional atau yg populer money politik karena lemahnya basis ideologis yg diperjuangkan.parahnya lagi Lembaga Survey sudah mendahului kehendak Tuhan, seakan-akan dengan survey lembaga tertentu yg banyak bergentayangan itu calon tersebut pasti menang, Belum lagi ujaran emosional pada Paslon tertentu menambah demokrasi semakin Buram.
Politik begitulah keadaannya, namun dinamika politik harus mulai dibangun oleh orang-orang yg berakal sehat dan beretika,artinya sudah saatnya berhenti adu tikam dengan kampanye hitam. Iri, dengki dan benci yg tidak beralasan perlu diadministratifkan dan bisa dikeluarkan disaat pilkada Tiba. Masing-masing calon punya nilai plus-minus, tidak bisa menghakimi mereka dengan bersandar dan berdasar pada saat momentum pilkada saja, publik harus menelusuri secara komprehensif rekam jejak sang calon. Akal sehat yg mana dipakai ketika Paslon tertentu dipuja dan dicaci hanya saat pilkada padahal kebaikan atau keburukannya tertanam sebelum pilkada, maka sangat disayangkan publik terlalu cepat memvonis orang itu baik dan buruk disaat pilkada saja, karena beberapa alasan yg dibuat-dibuat dalam drama politik, disinilah banyak orang lupa bahkan orang yg beragama sekalipun menghalalkan semua cara untuk memenangkan duel dalam arena politik.
Siapapun punya hak yang Sama dalam berpolitik, tapi Setidaknya agama menjadi bingkai dalam berpolitik, bukan sebaliknya menggunakan legitimasi agama dalam arena politik. Posisi orang yg taat beragama harus didepan mengkampanyekan politik yang arif dan santun, ajari rakyat kecil politik bermartabat, jauhkan mereka dari politik menghujat, bagaimapun seluruh aktivitas kehidupan termasuk politik kelah akan dipertanggungjawabkan dihadapan Gusti Allah. Politik bukan panggung sandiwara yg semua lidah dan wajahnya penuh dengan kepura-puraan, namun politik untuk menata Dunia demi kebaikan akhirat. Islam mengajarkan etika khilafiyah, apalagi khilafiyah politik. Jadi semua pihak harus berani bertindak arif dalam berpolitik, silahkan masyarakat boleh pilih siapa saja Paslon yg ada, namun bila tidak senang pada Paslon tertentu, lebih baik diam itu lebih terhormat dari pada orang-orang terhormat yg sering menghujat karena beda pendapat.
Politik bagian dari permainan persepsi atau hegemoni, tapi setidaknya permainan harus mencerdaskan bukan menindas calon yg lain. Publik sudah bisa menilai dengan diri masing masing Paslon, tinggal pada Rabu 27 Juni 2018 langsung mencoblos dibilik masing-masing. Pertarungan pasti melahirkan Jawara, bagi yg menang publik harus mendukung bersama-sama, bagi yg kalah kembalikan semuanya pada Gusti Allah, kalah dan menang semua ujian darinya, yg kelah semua akan dipertanggungjawabkan. Orang baik harus ciptakan demokrasi yg beragama, agar politik tidak dikuasai oleh para setan yg sering berbaju Agama, karena itulah saatnya ciptaan politik bermartabat tampa ada polusi hujat.Refleksi, 22/6/2018
Kirim Komentar