Pentingkan Pendidikan Karakter di Zaman Millenial



Di Indonesia pasti tidak akan asing lagi dengan istilah zaman millenial, zaman now serta generasi z. Istilah apakah itu??? Istilah-istilah tersebut buming pada beberapa tahun terakhir. Ada yang mengartikan jaman yang telah terwabah dengan kecanggihan teknologi. Sehingga memungkinkan manusia yang hidup didalamnya menjadi budak dari kecanggihan teknologi. Millenial juga bisa diartikan sebagai masa-masa kehidupan pada abad 21 ke atas. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa hampir seluruh People Of Indonesian yang hidup pada zaman millenial merasakan canggih dan pesatnya tehnologi. Misalnya dengan adanya smartphone, gadget manusia bisa dengan mudah mengakses apapun yang ia mau dan butuh. Baik dari segi ekonomi, politik bahkan pendidikan. Misalnya dalam bidang ekonomi terjadi transaksi jual beli online dengan akad yang sedikit abstrak, dalam bidang politik pun demikian. Kecanggihan tehnologi seperti media sosial tak pelak selalu menjembatani antara pelaku politik dan masyarakat. Lebih lebih dalam dunia pendidikan.

Dunia pendidikan juga ikut andil dalam kemudahan akses informasi dan komunikasi. Misalnya cari bahan ajar tanpa harus buka buku untuk menyusunnya. Ya langsung saja ketik pakai jempol, cari kemudian download deh di smartphone selesai mudah dan simple kan. Sadarkah anda, mudahnya akses tersebut malah menjadikan manusia bodoh tanpa proses panjang, tanpa proses susah, capek dan ribet. Misal menurukan minat baca buku, pergi ke perpustakaan apalagi minat beli buku. 

Kemudian apa peran pendidikan di sekolah? Masih tetap pentingkah? Karena jika difikir untuk apa sekolah kalau toh pada akhirnya apa saja mudah dalam mengakesnya. Mending dirumah saja gausah sekolah yang masih ngeluarkan uang, tenaga bolak balik sekolah dan semacamnya. Atauuuu memang betul sekolah hanya sebagai formalitas dalam mengeyam pendidikan formal agar nanti mudah saat kerja serta ini dan itu. Coba renungkan dulu deh hakikat dari pendidikan. 

Pendidikan yang diartikan sebagai proses pembentukan kepribadian, proses transfer knowledge, proses pembinaan, bimbingan, pengajaran. Atau lebih jelasnya sih dalam kitab mahasiswa ilmu pendidikan yakni UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003.  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dengan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan dari pendidikan ialah mencerdaskan manusia, memanusiakan manusia.

Dapat digaris bawahi bahwa kecerdasan yang akan dikembangkan sebagai tujuan dari pendidika tidak hanya cerdas secara teori melainkan cerdas dalam bersikap juga cerdas dalam bidang spiritual. Intinya ialah IQ (Intelektual Quetiont), EQ (Emotional Quetiont) da SQ (Spiritual Quetiont). So, pendidikan itu dapat terjadi bukan hanya di sekolah loh ya melainkan diluar sekolah bisa pula terjadi proses pendidikan. 

Namun, mengingat semakin tak terbendungnya globalisasi. Maka manusianyalah yang harus dibendung menghadapi era millenial. Penting bagi guru lebih-lebih orang tua dirumah untuk tetap selalu waspada, protect dan menunjukkan atensi yang besar pada anak-anaknya. Karena pendidikan yang sangat penting  dan sengguhnya ialah berasal dari bagaimana orang tuanya. Sedangkan pendidikan formal yang terjadi di sekolah hanya membantu anak dalam memperoleh pendidikan secara sistematis (bertahap).

Dalam menghadapi jaman atau generasi  millenial ini yang terpenting ialah bagaimana membentuk anak yang memiliki akhlaq baik, bermoral sehingga juga menjadikan manusia berintegritas dan kualitas. Akhlaq, sikap atau perilaku ini berkaitan erat dengan bagaimana manusia bisa mengendalikan dirinya hal tersebut berada dalam ranah EQ. 

Para ahli psikologi sepakat kalau IQ hanya mendukung sekitar 20 persen faktor yang menentukan keberhasilan, sedangkan 80 persen sisanya berasal dari faktor lain, termasuk kecerdasan emosional. 20% mudah di dapat apalagi pada jaman yang sangat canggih seperti sekarang. Wilayah EQ adalah hubungan pribadi dan antarpribadi, EQ bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaaan sosial, dan kemampuan adaptasi sosial. (Jeanne Segal,  Melejitkan Kepekaan Emosional, terj Ary Nilandari hal 27). Emotional Quetiont erat kaitannya dengan pendidikan karakter. 

Pendidikan karakter menurut Agus Wibowo  dalam bukunya tentang pendidikan karakter (hal 36) merupakan pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka yang memiliki karakter luhur mampu menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannnya baik sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Dikatakan juga bahwa pendidikan karakter adalah usaha dari individu maupun sosial dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kebebasan individu sehingga individualitas dan keunikannya semakin dihargai.

Begitu pentingnya pendidikan karakter sehingga kurikulum pendidikan 2013 disebut-sebut sebagai kurikulum pendidikan berkarakter. Mengingat pula banyak kejadian amoral yang terjadi saat ini di Indonesia seperti di Madura Peserta didik tidak hormat kepada gurunya, kasus seks bebas, kasus bullying dan sebagainya. 

Perlu diperjelas lagi bahwa berkembangnya tehnologi yang semakin tak terbendung tak ayal juga ikut memfasilitasi dalam mendegradasikan moral anak bangsa saat ini. Mustahil jika membendung berkembangya tehnologi yang semakin canggih, maka yang harus dibendung adalah penggunanya yakni manusianya. Bagaimana bisa memfilter, mengakomodir penggunanya agar terhindar dari pengaruh negatif canggihnya tehnologi. Sebagai usaha preventif untuk tetap mencerdaskan anak bangsa maka pendidikan akan menjawab semua hal tersebut. Penting ditanamkan mengenai nilai-nilai baik atau luhur salah satunya melalui pendidikan karakter agar generasi penerus bangsa ialah menjadi manusia yang sesungguhnya/insan kamil. 

Refleksi 5 Agustus 2018
Yulia AW
Diberdayakan oleh Blogger.