“Daster Rp. 14.000”


 “Daster Rp. 14.000”

28 Agustus 2020- Gadis itu termenung menatap layar smartphone dengan casing hitam, bersantai di atas tikar yang tergelar pada lantai klinik berwarna putih. Iffah sedang menemani “uti” panggilan nenek dalam bahasa jawa yang sedang terbaring lemah akibat penyakit liver juga demam berdarah yang di deritanya. Sambil menemani sang Nenek, Iffah mengutak atik layar handphone sedari tadi sedang mencari hiburan dalam kesunyian karena baik nenek juga ibunya sedang terlelap tidur siang. Tiba ketika ia membuka Whatsapp story sahabatnya, ia melihat sahabatnya itu sedang menjajakan dagangan dengan cara promosi via online sehingga teman-teman yang menyimpan kontak sahabatnya itu dapat melihat barang-barang yang ia jajakan. Menarik! Seperti mendapatkan emas dalam jerami, Iffah pun memiliki ide untuk berdagang seperti yang dilakukan sahabatnya. Iffah buru buru mengirim pesan kepada sahabatnya, ia bertanya tanya bagaimana cara berdagang via online seperti itu. Beruntung, sahabatnya sangat dermawan membagikan informasi cara berdagang via online kepada Iffah. Iffah memiliki kepercayaan diri yang kuat bahwa ia bisa berdagang sama seperti sahabatnya. Ia pun mulai merencanakan barang apa yang akan ia jual, Iffah membuka sebuah situs penjualan online yang sering dipakai orang-orang untuk mencari distributor yang harganya terbilang murah namun kualitasnya masih dalam kategori bagus.

    Beberapa menit Iffah mencari, akhirnya ia temukan distributor daster yang harganya sangat murah baginya dan dapat dijual dengan harga yang terjangkau pula. Segera ia memberitahu ibunya yang telah terbangun sejak tadi. “Bu, Iffah mau jualan online ya” pinta Iffah kepada ibunya. “Mau jualan apa ndok?” tanya ibunya dengan nada sedikit ragu, “Jualan daster bu, Iffah mau beli dari aplikasi Sonee. Disini jual daster harganya murah banget bu” jawab Iffah bersemangat. “Bagus tah barangnya kok murah banget? Awas nanti barangnya jelek fah” Ibunya mengingatkan, “InsyaAllah endak bu, kita beli 3 dulu aja bu, kalau bagus kita beli banyak. Boleh ya bu?” nada Iffah memelas. “Iya boleh” Jawab ibunya dengan sedikit khawatir. “Tapi, modalnya Iffah pinjam uang Ibu dulu ya?” tambahnya, “Iya boleh, nanti izin dulu ke ayah.” “Siap bu” Iffah pun bersemangat untuk berdagang online karena sudah mendapat ridho dari Ibunya untuk berjualan. 

    Menjelang petang, Ayah Iffah baru datang dengan membawa makanan untuk Iffah, Nenek, dan Ibunya. Langsung saja Iffah membahas rencananya yang ingin berjualan daster. “Yah, Iffah mau jualan daster ya, Iffah mau jualan lewat online yah.” 

“Iya boleh ndok, sudah pasti barangnya yang mau dijual?” Tanya Ayah menyelidiki

“Iya yah sudah, tinggal pesen dulu ke distributornya. Mungkin pengirimannya sekitar 1 minggu” Jelas Iffah

“Yasudah boleh” Jawab Ayah, menyetejui keinginan putrinya tersebut

Sudah mengantongi izin dari kedua orang tuanya, Iffah pun memesan daster yang hendak ia jual nantinya. Dengan mengucap bismillah Iffah berharap bisnisnya nanti dapat berjalan dengan lancar, dan di ridhoi oleh Allah SWT. Karena Iffah sudah lama menganggur dirumah sebab masa pandemi yang membuat dirinya hanya dirumah saja, sudah lama ia ingin menghasilkan uang tetapi tetap dengan cara yang aman, dan inilah kesempatan Iffah untuk memulai usaha dengan berjualan online. 

    2 September 2020- Kurir pengantar barang sampai di depan rumah Iffah. Iffah dan keluarganya telah berada di rumah, sebab Nenek Iffah sudah sembuh dan diperbolehkan untuk pulang. “Assalamualaikum” Pintu pun dibuka Iffah menerima paket yang sejak beberapa hari yang lalu ia tunggu-tunggu. “Alhamdulillah dasternya sudah sampai” Iffah mengucap syukur. Dengan hati-hati Iffah membuka paketnya, dengan hati yang terkejut Iffah melihat daster yang sampai tidak sesuai dengan yang ia harapkan, bahannya tipis tidak seperti kain daster pada biasanya, juga panjang nya kurang cukup untuk seukuran ibu-ibu. Sedih bercampur bingung ia rasakan, “Kalau dasternya seperti ini, mana ada yang mau beli” Keluh nya. Iffah pun menghampiri ibunya dan memberitahu dasternya sudah sampai namun bahannya tidak bagus, tidak seperti yang ada di gambar. “Gimana ya bu, apa ada yang mau beli daster kayak gini ya bu?” Tanya Iffah mengungkapkan kesedihan kepada Ibunya, “Ya gimana ndok daster semurah itu mana mungkin dapat bahan yang bagus, yasudah di ikhlaskan saja” Jawab ibunya juga bingung harus diapakan daster yang tidak sesuai ekspektasi itu. Ketika ayahnya datang dari kerja, Iffah pun menanyakan hal yang sama kepada ayahnya. Ayah Iffah memiliki ide untuk memberikan daster itu kepada tetangganya yang masih anak-anak karena dirasa ukurannya cukup untuk anak-anak. “Tapi yah bahannya kayak gini, malu Iffah mau beri daster ini ke dek Lia” Keluhnya lagi, “Hmm, iya bahannya tipis ya fah, yasudah disimpan saja dasternya fah. Jangan beli daster di toko itu lagi” Ayah Iffah mengurungkan niatnya untuk memberikan daster kepada anak tetangganya. 

    Pupus sudah harapan Iffah berjualan daster, melayang juga uang orang tuanya yang ia pakai untuk berjualan. “Ya Allah, ternyata dak segampang itu ya jualan online” curhatnya kepada Sang Rabb. Namun iffah tak patah semangat, walaupun ia gagal berjualan daster Iffah tetap membantu Sang Ibu untuk berjualan masakan kepada guru-guru yang ada di tempat kerja Ayahnya. Ayah Iffah bekerja sebagai guru di salah satu SMA Negeri di daerah rumah Iffah, juga Iffah dan keluarga tinggal di rumah dinas yang disediakan oleh sekolah tersebut. Jadi jarak dari rumah menuju sekolah cukup dekat. 

    5 September 2020- Pagi menyongsong, Iffah mulai membantu Ibu menyiapkan masakan yang akan dijajakan di sekolah tempat Ayahnya bekerja juga dipromosikan secara online. Iffah terlihat sangat bersemangat sekali banyak dagangan Ibunya yang diminati oleh guru-guru teman Ayahnya. Ayah Iffah pun turut membantu untuk mempromosikan dagangan istrinya itu. Iffah membawa dua buah kresek hitam besar yang berisikan lauk pauk menuju sekolah, dengan sekuat tenaga dan penuh hati-hati Iffah membawa dagangan Ibu tercintanya itu. Ketika sampai guru-guru menyambut Iffah, mulai membeli dagangan lauk pauk yang dijual seharga Rp. 5000. Tiba-tiba…

“Fah, bawa dasternya ke sekolah ya. Bu Indah mau liat daster nya” suruh Ayah tiba-tiba kepada Iffah

“Betul yah? Tapi kan dasternya jelek yah” keluh Iffah lagi.

“Iya dak papa, bawa saja dulu” pinta Ayah kembali.

Iffah hanya mengangguk namun dalam keadaan ragu untuk membawa 3 daster itu. Tetapi Iffah disibukkan dengan pesanan makanan yang semakin banyak yang membuat Iffah harus mondar-mandir dari rumah menuju sekolah, karena harus mengantarkan pesanan para guru disana, sangat bahagia hati Iffah banyak yang suka masakan Ibunya, hingga baru ia sadari kakinya terluka lecet akibat sandal yang ia pakai dan Iffah tak berhenti berjalan dengan cepat. Meringis kesakitan, namun Iffah tetap melanjutkan kegiatannya berdagang menjemput pundi-pundi rezeki yang telah Allah limpahkan kepada orang tuanya. Iffah pun terlupa harus membawa daster yang hendak dilihat oleh salah satu guru disana. Sampai pada orderan terakhir dengan keringat yang bercucuran Iffah mengantarkannya tetap dengan senyum merekah di wajahnya.

“Fah, mana dasternya?” tanya Ayah kembali

“Oh iya yah lupa, tapi Iffah dak yakin yah jelek soalnya dasternya” jawab Iffah merasa tidak akan ada yang mau membeli dasternya itu.

“Fah, yang menurutmu jelek, belum tentu menurut orang lain jelek. Bawa saja dulu dasternya kesini, ibu juga mau lihat” tambah seorang guru perempuan, mencoba menyemangati Iffah.

“Enggeh bu, saya bawa dulu dasternya” jawab Iffah akhirnya menyetujui permintaan Ayahnya juga guru disana.

Sampailah Iffah di sekolah lagi sambil membawa daster seharga Rp. 14.000 itu kehadapan guru perempuan, teman Ayah Iffah. “Ini bu dasternya” sambil menyerahkan daster kepada salah seorang guru perempuan. “Ini bagus kok fah, bisa dibuat atasan. Saya beli satu ya berapa harganya?” tanya guru perempuan itu. Iffah kaget ketika guru itu mau membeli daster dagangannya, “Yah mau dijual berapa ya dasternya?” tanya Iffah kepada Ayahnya yang sedang duduk di meja kerjanya. Mereka semua sedang berada di ruang guru. “20.000 saja dah ndok” jawab Ayah. “20.000 bu harganya” jelas Iffah kepada guru perempuan yang sudi untuk membeli daster. “Yasudah saya beli satu ya fah, ini uangnya” kata guru perempuan itu memberikan uang kepada Iffah. Dua orang guru perempuan menghampiri Iffah dan turut serta membeli daster dagangan Iffah. “Fah saya juga beli ya” tambah guru perempuan lainnya. “Alhamdulillah” tak henti Iffah mengucap syukur di dalam hati, karena rezeki yang tak disangka-sangka datang kepadanya. Terbayar sudah keringat yang sedari tadi mengucur perlahan dari dahinya, juga luka lecet yang ada di kakinya, baginya semua itu tak seberapa dibandingkan kasih sayang Allah kepada dirinya. Rezeki Allah sungguh luar biasa dan sangat membuat Iffah takjub dengan kekuasaan Allah. Apapun bisa terjadi ketika Allah sudah berkehendak, tugas kita hanyalah ikhtiar juga berdoa kepada-Nya tanpa henti, serta tidak putus asa dari rahmat Allah. 

Iffah yang pulang dengan hati gembira, diperjalanan ia mengingat sebuah kata-kata yang ia pernah temukan di Instagram. “Berdaganglah, Allah yang akan hadirkan pembeli untukmu” begitu bunyinya. Semakin gemetar hati Iffah, semakin semangat pula ia berdagang di jalan Allah, ia pun merasa yakin bahwa ia tak perlu khawatir selama Iffah terus berjuang dengan cara yang benar, selalu bermunajat kepada Allah. Allah pasti akan menolongnya, karena sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.


“Tamat”


-Febi Dwi Yuliana-


Publisher : Edi Supriyanto

Diberdayakan oleh Blogger.