SELAYANG PANDANG IKMPB
SELAYANG PANDANG, KADERISASI, DIASPORA DAN ORGANISASI IKMPB
A. Rasionalisasi dan Abstraksi
Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dulu dimulai sejak diproklamirkan oleh bapak Ir. Sukarno pada tahun 1945 merupakan sejarah yang harus kita hargai bahkan hormati melalui peringatan setiap bulan Agustus tanggal 17. Selain itu, melalui menjaga keutuhan NKRI sehingga kita tidak bisa menafikan kemerdekaan yang kita peroleh adalah warisan sejarah. Ilmu pengetahuan, teknologi dan pendidikan merupakan warisan dari sejarah, sehingga Ir. Sukarno pernah mengatakan dalam pernyataanya ”Jasmerah”, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Saat ini kemerdekaan yang kita miliki adalah hasil dari sebuah pengorbanan leluhur bangsa Indonesia yakni para pahlawan kemerdekaan yang rela mengorbankan harta, bahka jiwa dan raganya, untuk itu kita sebagai warga negara yang baik sejatinya patut harus menghargai jasa-jasanya. Terlepas dari hal tersebut organisasi IKMPB juga terlahir dari sejarah silam para alumni-alumni sepuh STAIN yang dulu masih IAIN Sunan Ampel dan kampusnya berada di daerah pasar tanjung Jember.
Ikatan Mahasiswa Pelajar Bondowoso sebagai salah satu wadah organisasi, wadah silaturrahim, pemersatu, pengikat dan perjuangan mahasiswa asli Bondowoso baik yang menempuh studi di perguruan tinggi di Bondowoso maupun di luar Bondowoso. Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang mempunyai tanggung jawab moral sosial dan keagamaan mempunyai amanah yang besar di pundaknya untuk melakukan dan mengawal perubahan. Dasar pemahaman ke-Indonesiaan (PANCASILA, UUD 45, BHINNIKA TUNGGAL IKA, NKRI) dan keyakinan terhadap keberagamaan mahasiswa setiap agama yang dianutnya merupakan rujukan dan landasan untuk senantiasa menciptakan perdamaian dan persaudaraan antara umat manusia, karena pada dasarnya setiap agama membawa misi keselamatan dan perdamaian bagi setiap masing-masing pemeluknya, untuk itu pluralisme agama merupakan wujud dari keberagaman atau macam-macam agama di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bondowoso yang merupakan sebuah kabupaten yang mempunyai kekayaan sumber daya alam melimpah di bidang pertanian dan perkebunan. Selain itu, Bondowoso yang juga merupakan tanah kelahiran kader IKMPB menjadi keharusan untuk dipelihara, diperjuangankan, dikembangkan dan dilestarikan.
B. Sejarah singkat IKMPB[1]
IKMPB adalah Ikatan Mahasiswa Pergerakan Bondowoso, merupakan organisasi kedaerahan yang mempunyai cita-cita luhur dalam mengawal, memperjuangkan dan memajukan masyarakat kabupaten Bondowoso baik dalam ranah pendidikan, perekonomian, politik, hukum dan budya. Pada waktu itu di tahun 1980-an, kondisi mahasiswa asli tanah kelahiran Bondowoso yang menempuh kuliah di perguruan tinggi Jember mengalami sebuah keprihatinan, karena melihat situasi dan kondisi sosial kabupaten Bondowoso yang tidak menentu baik diranah pendidikan, politik, ekonomi dan hukum. Hal tersebut terjadi seiring dengan dampak kondisi pemerintahan Indonesia yang carut marut oleh gejolak politik. Minimnya peserta didik yang dapat mengenyam pendidikan, kemiskinan yang di atas rata-rata dan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada masyarakat Bondowoso menjadi keprihatinan tersendiri bahwa masyarakat memerlukan perhatian penuh oleh kaum-kaum intelektual yang ada di kampus khususnya mahasiswa. Selain persoalan tersebut, mahasiswa yang berasal dari Bondowoso tidak terorganisir secara koordinatif dan sistematis.
Dari bebarapa fenomena persoalan itulah organisasi yang bernama IKMPB dibentuk, dipelopori dan dideklarasikan oleh sahabat Prof. Dr. H. Halim Soebahar dan sahabat-sahabat mahasiswa yang berasal dari Bondowoso. Pada saat ini Prof Halim menjadi guru besar STAIN Jember sekaligus tokoh pendidikan Islam di Bondowoso, sekaligus pendiri perguruan tinggai di berbagai tempat yang juga STAI At-Taqwa Bondowoso. Ikatan Mahasiswa Pergerakan Bondowoso (IKMPB), merupakan organisasi kedaerahan Bondowoso yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1984. Pada awalnya organisasi ini juga berdiri di Malang dan Surabaya, selain di kebupaten Jember. Pada awalnya selain berkeanggotaan mahasiswa juga beranggotakan siswa yang berasal dari Bondowoso, karena pada awalnya kata “P” tersebut menggunakan kata pelajar yang menyesuaikan dengan kondisi keanggotaan di zamanya. Namun, seiring berjalannya waktu yang menuai kritikan dari anggota-angotanya maka keta “P” berubah menjadi ‘pergerakan’, kata peregerakan tersebut diganti sejak musyawarah besar dilakukan (MUBES) ke II yang bertepatan di AULA STAIN Jember, sehingga pada saat itu sudah disahkan dalam AD/ART organisasi IKMPB.[2]
Sejarah telah mengabarkan sejak lahir dan didirikanya IKMPB sudah berusia dan mencapai 30 tahun lamanya sampai saat ini, secara otomatis kepengurusan sudah berganti sabanyak 30 kali pergantian kepengurusan. oleh karenaya pergantian pengurus dan restorasi kader baru IKPMB (RKBI) sebagai rekrutmen proses kaderisasi formal IKMPB merupakan kegiatan yang harus diperhatikan dan selalu dilaksanakan setiap tahunya agar eksistensi IKMPB bertahan sepanjang hayat.
C. Makna Filosofis IKMPB
Makna filosofis IKMPB merupakan tafsir dan penjabaran tentang huruf, kalimat, kata perkata dan lambang IKMPB yang dikaji secara rasional, radikal dan komprehensif untuk mencapai makna atau arti secara etis dan estetis. Memahami dan mengerti tentang makna filosois IKMPB bertujuan untuk dapat memahami dan berkomitmen serta mencintai organisasi kedaerahan yang namanya IKMPB. Kenal dan memahami merupakan syarat untuk kita memiliki rasa sayang dan merasa milikinya. Sehingga menjadi keharusan sebagian calon kader IKMPB untuk mengenal dan memahami tentang makna filosofis IKMPB.
Secara komperhensif “IKMPB” merupakan kepanjangan dari ‘Ikatan Mahasiswa Pergerakan Bondowoso”. Yang terdiri dari kata perkata, diantaranya Ikatan yang disingkat “IK”, Mahasiswa yang disingkat “M”, Pergerakan yang disingkat “P” Bondowoso yang “B”. Dari setiap kata perkata seperti yang telah dijelaskan di atas terdapat penjabaran dan penjelasan tersendiri, sebagaimana di bawah ini:
“Ikatan” merupakan kata benda yang bersal dari kata kerja “ikat”. Ikatan yang merupakan kata benda dalam arti sederhana adalah sebuah alat yang berfungsi pengikat, pemersatu, pengokoh dan penguat. Sedangkan dalam konteks IKMPB, ikatan adalah sebuah organisasi yang mengikat, pemersatu, pengokoh dan penguat mahasiswa yang berasal dari Bondowoso.
“Mahasiswa”. Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara. Mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan formal dan menekuni berbagai bidang tersebut di suatu tempat yang dinamakan universitas atau perguruan tinggi. Kelompok ini sering juga disebut sebagai “Golongan Intelektual Muda” yang penuh bakat dan potensi. Di samping itu, mahasiswa juga semestinya mempunyai perilaku yang patut menjadi teladan para adik – adiknya yang masih duduk di bangku sekolah. Namun, posisi yang demikian ini sudah barang tentu bersifat sementara karena kelak di kemudian hari mereka tidak lagi mahasiswa dan mereka justru menjadi pelaku-pelaku intim dalam kehidupan suatu negara atau masyarakat.
“Pergerakan” secara harfiah berasal dari kata kerja. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam IKMPB adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
“Bondowoso” secara filosofis dimaknai sebagai tempat yang merupakan sebuah kabupaten yang kaya akan sumber daya alam melimpah di bidang pertanian dan perkebunan. Selain itu, Bondowoso yang juga merupakan tanah kelahiran kader IKMPB menjadi keharusan untuk dipelihara, diperjuangankan, dikembangkan dan dilestarikan.
D. Visi-Misi IKMPB
“Visi“ 1. Terbentuknya pribadi mahasiswa Bondowoso yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita masyarakat Bondowoso pada khususnya dan negara Indonesia pada umumnya”.
“Visi” 2. Mempersiapkan kader-kader Bondowoso baik secara intelektual, emosional maupun spiritual dan juga terciptanya kader yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap kota Bondowoso.
“Misi” 1. Menghimpun, mendidik, mengorganisir dan membina mahasiswa sesuai dengan sifat dan tujuan IKMPB serta peraturan perundang-undangan dan asas atau landasan IKMPB yang berlaku.
“Misi” 2. Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai hal sesuai dengan asas dan tujuan IKMPB serta upaya mewujudkan pribadi insan yang cinta terhadap Bondowoso.
E. Kaderisasi, Diaspora, dan disiplin Organisasi IKMPB
Keder marupakan penerus cita-cita dan keberlanjutan organisasi, sedangkan kaderisasi adalah proses pewarisan pengetahuan, nilai, ilmu dan budaya organisasi. Sehingga dalam kegiatan ini merupakan upaya untuk menciptakan kader baru sebagai penerus dan pejuang cita-cita organisasi. Kami lebih memandang kader sebagai kata kerja, yakni menjadi kader. Kader bukan istilah sembarangan yang dapat disematkan begitu saja kepada setiap mahasiswa yang bergabung dengan IKMPB. Ini terlihat misalnya dari penyebutan kader yang secara formal baru bisa diberikan kepada anggota yang telah mengikuti diklat yang diadakan oleh pengurus. Besar dasarkan status tanggung jawab sebagai kader dalam mengemban amanah organisasi, secara individu kader dituntut memiliki pengetahuan lebih dari anggota pada umumnya, baik kapasitas atau kemampuan di bidang organisasi, manajemen organisasi, kepemimpinan organisasi dan administrasi organisasi. Kader adalah mereka yang telah memiliki kualitas-kualitas sebagaimana tersebut di dalam visi-misi dan tujuan organisasi IKMPB. Maka mendidik anggota untuk menjadi kader adalah misi utama kita dalam berorganisasi. Kader bukan sekumpulan massa yang semata-mata mampu mengkritisi, melainkan memiliki kualifikasi individual sebagaimana disebut dalam tujuan atau visi organisasi. Apabila tujuan organisasi kami sederhanakan, seorang kader harus berbekal ketaqwaan kepada Allah SWT, pengetahuan, keterampilan atau keahlian dan mengarahkan ketiga hal tersebut demi kepentingan bangsa Indonesia. Dengan bekal atau kualitas itulah, sebuah operasi gerakan dapat dimulai. Tanpa keterampilan atau keahlian dan pengetahuan, kita akan menjadi sekumpulan tukang protes yang belum tentu siap memimpin bangsa ini ketika kita dihadapkan pada tanggung jawab memegang kepemimpinan.
Kami berpandangan bahwa negeri ini merupakan medan gerak yang sangat luas. Memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia terlalu sempit untuk dilakukan dari bidang politik saja, ekonomi saja atau sosial budaya saja. Juga terlalu sempit untuk dihadapi dengan cara ekstra parlementer saja atau parlementer saja. Dari luasnya medan gerak Indonesia, kami memandang diaspora merupakan sebuah keharusan dalam operasi gerakan. Diaspora berarti kader-kader kita menyebar ke berbagai ruang gerak (baik politik, ekonomi, sosial, profesional) yang berbeda, dengan IKMPB sebagai ruang utama yang mempertemukan dan mengikat mereka. Dengan demikian, keragaman keterampilan kader menjadi syarat dalam diaspora. Tanpa keragaman keahlian kader, yang terjadi bukan diaspora melainkan pindah rumah dari ‘rumah’ IKMPB beralih ke ‘rumah’ lain yang sama. Oleh sebab itu, organisasi ini perlu membangun atmosfer dan bangunan nilai yang kuat dan kondusif bagi tumbuhnya keterampilan atau keahlian yang seragam.
Disiplin organisasi adalah bagian proses untuk selalu bergerak dalam koordinasi, bergerak dalam kepentingan organisasi dan bergerak dalam tujuan organisasi. Tanpa disiplin organisasi, organisasi ini akan nyaris sama dengan sekerumunan massa yang memiliki kegiatan, tujuan dan kemauan sendiri-sendiri dengan satu bendera yang sama. Apabila kita imajinasikan, kira-kira hampir seperti itulah bangsa kita saat ini. Dan, kita tidak mau demikian. Dengan kometmen dan loyalist pengurus, kader, dan anggota maka akan memudahkan kita dalam mencapai visi-misi organisasi.